Pergaulan bebas anak remaja selalu menjadi topik viral, karena banyak konten-konten mesum yang viral di media sosial dilakukan oleh remaja. Umur mereka masih belasan tahun, tetapi berani bermesraan di tempat-tempat umum. Tentu perilaku anak-anak remaja ini menimbulkan banyak ketakutan dan juga pertanyaan. Apa yang terjadi dengan mereka?
Seks bebas pada remaja terus terjadi disebabkan oleh kematangan fungsi-fungsi seksual pada anak remaja. Peristiwa tersebut menyebabkan mereka memiliki gejolak seks yang tinggi. Gejolak seks yang tinggi tersebut membuat rasa ingin tahu dan penasaran semakin meningkat, sehingga mereka mencari tahu sendiri.
Akibatnya, karena tidak mendapatkan pendidikan dan pendampingan yang baik, mereka mencari informasi tersebut melalui internet.
Misalnya dengan menonton film dan video porno atau gambar-gambar yang berbau porno. Akibatnya, perkembangan fisiologis dan psikologis mereka menjadi terganggu.
Apabila hal itu menjadi sebuah kebiasaan, maka mereka menjadi kecanduan menonton video-video tersebut. Dampak yang paling parah adalah mereka menjalin hubungan pacaran yang tidak sehat, yaitu melakukan seks bebas. Padahal melakukan hubungan seks di luar pasangan yang sah (menikah) tidaklah dibenarkan secara moral maupun agama.
Ada banyak anak-anak muda yang tidak bisa berpacaran dengan sehat dan jatuh di dalam pergaulan bebas. Hal ini disebabkan oleh pendidikan orang tua di rumah yang tidak maksimal dan juga tidak berhasil.
Pergaulan bebas pada remaja
ketika tahap perkembangan fisiologis dan psikologisnya semakin sempurna, anak-anak remaja mengalami kematangan fungsi seksual. Artinya bahwa organ-organ seksual atau reproduksi mereka telah berkembang secara sempurna. Kematangan seksual ini ditandai dengan masa “pubertas” pada laki-laki dan perempuan. Pada anak laki-laki sering ditandai dengan “mimpi basah” dan pada anak perempuan di tandai dengan “menstruasi.”
Pada masa “pubertas” anak-anak remaja akan mengalami gejolak seks yang tinggi, mereka mulai merawat diri, memperhatikan dan tertarik dengan lawan jenis. Apabila mereka tidak mendapatkan pendampingan dan juga pendidikan agama yang baik, maka bisa berbahaya.
Oleh karena itu, peran orang tua dan juga guru di sekolah sangatlah penting dalam memberikan pembinaan. Apabila anak-anak remaja tidak mendapatkan dukungan dan bimbingan yang tepat maka bisa membuat mereka salah arah dan jatuh di dalam perbuatan yang tidak baik.
Jika hal itu terjadi, siapa yang bertanggung jawab? Dimanakah peran orang tua dan guru di sekolah? Untuk mencegah dan menangani kenakalan remaja harus ada kerjasama antara orang tua dengan guru-guru di sekolah.
Apabila pendidikan tersebut diserahkan kepada semua orang tua, apakah mereka memiliki kapabilitas dan kemampuan? Hal in juga menimbulkan dilema dan persoalan yang baru.
Penyebab pergaulan seks bebas pada remaja
Pergaulan bebas tidak hanya terjadi di kalangan anak-anak remaja saja, melainkanpergaulan bebas juga terjadi pada orang-orang dewasa. Menyikapi hal ini, tentu kembali lagi kepada peran orang tua dan guru bimbingan konseling (BK) di sekolah. Anak-anak sejak dini memang harus mendapatkan pendidikan dan teladan yang baik, khususnya mengenai agama.
Apabila sejak dini mereka sudah memiliki karakter dan budi pekerti yang baik, maka ketika dewasa pun akan tetap menjadi orang yang baik. Anak-anak remaja sangat membutuhkan keteladanan an juga figur yang baik, supaya berbagi persoalan mendapatkan pembinaan yang tepat.
Pergaulan dunia modern sekarang ini memang sudah kelewat batas, para remaja tidak malu-malu untuk berpelukan di tempat-tempat umum. Ada juga yang berpakaian terbuka dan melakukan pergaulan seks di luar nikah. Penyakit seperti ini sudah menjadi wabah dan terjadi di banyak tempat, baik di desa maupun perkotaan.
Kenakalan remaja tersebut tentulah dipengaruhi banyak faktor; khususnya internal dari anak-anak itu sendiri. Selanjutnya ada faktor keluarga, faktor lingkungan sekitar dan juga pergaulan teman sebaya.
1.Faktor internal
Faktor yang mempengaruhi pergaulan bebas anak remaja adalah faktor dari dalam dirinya sendiri. Hal ini berawal dari tahap-tahap perkembangan anak sampai pada tahap kematangan organ-organ seksual baik secara fisiologis maupun psikologis.
Ketika berada di tahap kematangan organ-organ seksual, anak remaja akan masuk kepada masa “pubertas.” Pada masa peralihan inilah yang sering rawan di salahgunakan oleh mereka. Oleh sebab itu, pendidikan usia dini sangat berpengaruh sekali pada tahap ini.
Apabila anak-anak mendapatkan pendidikan budi pekerti dan agama yang baik di rumah maka di masa remaja mereka akan takut melakukan kesalahan dan dosa. Meskipun mengalami emosional yang labil mereka tetap bisa mengontrol dirinya, karena memiliki pegangan hidup.
Namun apabila remaja tidak mendapatkan keteladan, kasih sayang, perhatian dan dukungan dari orang tua, maka akan membuat perkembangan psikologisnya terganggu. Mereka juga tidak akan mendapatkan pendidikan moral dan gama yang baik di rumah. Akibatnya, mereka mudah mengambil pilihan hidup yang salah tanpa memikirkan dampak-dampaknya.
2. Faktor keluarga
Keluarga adalah tempat pendidikan yang pertama dan utama, karena di sanalah anak-anak bertumbuh dan berkembang sampai ia menjadi orang dewasa. Sigmund Fruid dalam teorinya Tabularasa pernah menjelaskan bahwa orang tualah yang akan meletakan tinta kepada kertas kosong yang putih itu.
Anak yang baru lahir sering di gamabrkan seperti kertas kosong yang putih dan bersih, karakter dan perilakunya akan dibentuk seiring waktu.
Apabila di dalam keluarga anak-anak mendapatkan pendidikan dan contoh-contoh yang baik maka mereka akan tumbuh dengan kebaikan. Namun apabila di dalam keluarga aak-anak belajar mengucapkan kata-kata kotor, kebencian, permusuhan, dendam dan kejahatan maka mereka akan tumbuh menjadi jahat.
3. Faktor lingkungan
Lingkungan adalah tempat kedua yang membentuk karakter dan perilaku anak-anak. Apabila di dalam keluarga mereka tidak mendapatkan pendidikan mengenai akhlak dan moral yang baik, maka mereka tidak mampu bertahan melawan pengaruh dari lingkungan sekitar.
Pada umumnya, anak-anak remaja yang tidak mendapatkan pendidikan yang baik di rumah akan mudah terpengaruh dengan perbuatan-perbuatan yang tidak baik di lingkungannya. Misalnya adalah merokok atau minim-minuman beralkohol. Selain itu, mereka juga akan terpengaruh dengan tindakan-tindakan yang anarkis seperti perkelahian atau tawuran.
Pengaruh yang paling berat adalah jatuh ke dalam penggunaan obat-oba terlarang seperti narkoba dan tindak kejahatan. Mereka juga akan mudah jatuh ke dalam pergaulan bebas.
Akhlak dan budi pekerti yang luhur memang sangatlah penting, dan ini di dapatkan di dalam keluarga. Oleh sebab itu, orang tua adalah titik pusat utama untuk mencegah pergaulan bebas pada anak remaja.
Jika orang tua gagal dalam mendidik maka anak-anaknya, tentu mereka akan bertumbuh dengan biasa-biasanya saja. Mereka tidak dilengkapi dengan pendidikan dan budi pekerti yang baik, sehingga mudah tergoda dan jatuh ke dalam pergaulan yang salah.